Halloween party ideas 2015



Hedricks G Howard (1987) dalam Busthan Abdy (2019), menyatakan bahwa sebagai pengajar efektif, seseorang bukan hanya harus mengetahui apa yang diajarkan—isi pengajaran—tetapi juga siapa orang-orang yang akan di ajar. Tentu seorang pengajar yang dalam hal ini adalah guru, tidak bisa hanya tertarik menyampaikan prinsip-prinsip pembelajaran semata, tetapi yang diutamakan adalah bagaimana mempengaruhi orang yang di didik.

Karena itu prinsip paling terpenting adalah bagaimana cara siswa belajar akan menentukan bagaimana seorang guru mengajar. Inilah hukum pendidikan (hukum proses mengajar). Fungsi yang utama dari guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan “panggilan” untuk dapat menjalin “interaksi” dalam komunikasi yang baik di dalam dan oleh Kristus.

Di dalam menjalin segala bentuk interaksi yang baik, sebagai guru (pengajar) dan siswa (naradidik) dalam PAK, maka segala hal yang harus dilakukan, haruslah bermula dengan takut akan Tuhan dan melakukan perintah-perintah Tuhan Yesus. Karena takut akan Tuhan adalah “awal mula” dari segala pengetahuan yang dimiliki seseorang. 

Dengan kata lain, bahwa untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama seseorang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Sedangkan orang bodoh tidak menghargai hikmat dan tidak mau di ajar, sebagaimana tertulis dalam kitab Amsal 1:7: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan“.

Lebih lanjut, Hedricks dalam Busthan Abdy (2019) memberikan definisi menarik dalam membangun interaksi antara seorang guru dan siswanya, yaitu dengan mengatakan: “yang penting adalah bukanlah apa yang Anda lakukan sebagai pengajar, tetapi apa yang dilakukan pembelajar sebagai hasil ajaran Anda”. Definisi ini sebenarnya membawa sebuah pemahaman yang mendasar bahwa guru sebagai pengajar, maupun siswa-siswi sebagai pembelajar, haruslah dapat memahami peran mereka masing-masing, yaitu sebagai berikut:
  • Guru sebagai pengajar, adalah stimulator dan motivator. Dengan kata lain, guru disini bukanlah pemain tetapi wasit yang menyemangati dan mengarahkan pemain 
  • Siswa sebagai pembelajar, adalah investigator, penemu dan pelaku. Artinya, siswa adalah pemain berkompetensi dalam sebuah kompetisi 
Dengan demikian maka interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam pembelajaran PAK, dapat dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk belajar mandiri. Karena yang terpenting adalah, apa yang dilakukan siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran itu, sehingga guru tidak hanya terfokus pada apa yang guru lakukan saja, tetapi sebaliknya, guru lebih terfokus pada apa yang sedang dilakukan murid-muridnya (siswa), sehingga melalui pembelajaran PAK, Allah dalam Yesus Kristus semakin dimuliakan. 

Tobias Ulrich Cynthia (2013), dalam karyanya berjudul “The Way They Learn”, menyatakan bahwa tak ada guru yang murni global dan murni analitis. Ditegaskan lagi oleh Tobias, bahwa orang tua dan anak-anak mungkin beranggapan bahwa yang terbaik adalah apabila guru dan siswa mempunyai gaya belajar dominan yang sama. Sebetulnya, tidak perlu harus seperti itu. 

Kadangkala, bahkan, yang terbaik adalah apabila siswa global mendapat guru yang analitis. Guru tipe ini mampu memberikan siswa global pengertian tentang kerapian. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga, bahwa terkadang siswa analitis justru berhasil dengan guru yang global, karena ia akan mendapat gambaran secara menyeluruh, bukan hanya hal-hal rinci semata. Jadi, perilaku dan selera guru pada umumnya merupakan campuran dari global dan analitis, yang berperan penting untuk mengenali gaya belajar apa yang menjadi tuntutan agar guru memahami siswa-siswinya. Karena memahami tuntutan guru lebih penting daripada mengetahui gaya dominan guru tersebut (Busthan Abdy, 2019).

Untuk itu guru PAK dalam pengajaran PAK, berperan sebagai penolong pribadi siswa atau peserta didik dalam hal perkembanganya yang sudah direncanakan Allah dalam hidup mereka. Guru merupakan profesional dalam bidangnya untuk mengajar peserta didik, dan sumber pengajarannya adalah Alkitab. Dengan demikian guru PAK harus membantu peserta didik dalam perkembangannya memasuki persekutuan iman dengan Kristus sehingga menjadi pribadi bertanggungjawab, baik kepada Allah maupun sesamanya manusia.

Beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam pengajaran PAK tekait guru PAK adalah sebagai berikut ini:

Pertama. Guru PAK adalah seorang profesional dalam bidangnya, dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan melatih, serta menilai, juga mengevaluasi. Sumber pengajarannya adalah Alkitab. Jika dijadikan kata benda, guru merupakan pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai.

Kedua. Guru PAK sebagai pendidik, ia harus memiliki standar kualitas integritas mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Tugas guru adalah dengan mendidik, dan mengembangkan sikap, watak, nilai moral, serta mampu mengembangkan potensi anak didik menuju pada kedewasaan rohani yang beriman dan taat kepada Tuhan Yesus.

Ketiga. Guru PAK sebagai pengajar yang melaksanakan pembelajaran yang adalah merupakan tugas utamanya dalam membantu anak didik yang sedang berkembang, dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan tentang iman Kristen.

Keempat. Guru PAK sebagai pembimbing, mengetahui apa yang diketahui anak didik sesuai dengan latar belakang kemampuan tiap anak didik, serta kompetensi apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan PAK. Anak didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman rohani dan memiliki kompetensi yang akan mengantar mereka menjadi seorang dewasa Kristen.

Kelima. Guru PAK yaitu sebagai pengarah, mengarahkan anak didiknya untuk dapat berperilaku sesuai dengan ajaran agama Kristen. Misalnya pada awal dan akhir pembelajaran diajarkan doa mendekatkan diri pada Tuhan Yesus, sehingga anak akan selalu teringat dan mengandalkan kepada Tuhan.

Keenam. Guru PAK sebagai pelatih, mengembangkan keterampilan siswa, baik keterampilan kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Dengan demikian, anak didik menjadi pribadi yang mampu merefleksikan diri sebagai murid Tuhan Yesus.

Ketujuh. Guru PAK sebagai penilai, menilai sejauh mana anak didik memahami dan melaksanakan mata pelajaran PAK

Tulisan ini di kutip dari Buku:
"Pendidikan Agama Kristen dan Etika Kristen" (2019)
Penulis: Abdy Busthan

Post a Comment

Profil Saya

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6vbBZ2pWiZ3UT6KzmydJsI8uu2evuDFDFRWIfl2X4fVu5h281O_CQlp3axcC7ZJpfx2f2br7EPr6mDG9Mdpg-3IC2EUHXJ9rFDRNcrs3wlJGMJ5HrazVTt8Z8Y4_-8oQVkBbWYmQD-ig/s640/r56722.jpg} Abdy Busthan adalah Dosen dan Teknolog Pembelajaran, serta pembina dan peneliti di Jurnal Ilmiah Flobamora Science. Dibesarkan di kota Nabire, Papua. {facebook#https://www.facebook.com/AbdyBS/} {twitter#https://twitter.com/abdybusthan} {google#https://busthan-abdy.blogspot.com/} {pinterest#https://id.pinterest.com/abdybusthan213/} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCnLMvY91iOTKgfvwd2hfJsg?view_as=subscriber} {instagram#https://www.instagram.com/busthanabdy/}
Theme images by sbayram. Powered by Blogger.