Halloween party ideas 2015



Lev Vygotsky Semyonovich (1896-1934), adalah salah satu diantara ilmuan jenius berdarah Yahudi yang dilahirkan pada tanggal 5 November 1896 di daerah Belarusia pada Kekaisaran Rusia, Uni Soviet. Awalnya dia hanya jebolan sarjana hukum, namun kemudian menjadi terkenal sebagai psikolog termasyur dalam dunia internasional.

Setelah Vygotsky meninggal di tahun 1934 pada usia yang masih dibilang sangat muda, yaitu pada usianya yang ke-38 tahun akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh para mahasiswanya, bahkan kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang ‘psikologi perkembangan’ yang kemudian telah banyak mempengaruhi sekolah-sekolah pendidikan di negara Rusia, sekaligus teori Vygotsky berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.

Salah satu teori yang digagas oleh Vygotsky adalah "Zone Of Proximal Development" atau disingkat ZPD, yang masuk dalam rumpun teori belajar Konstruktivistik. Tokohnya adalah Jean Piaget dan Vygotsky, yang berpandangan bahwa level peningkatan pengetahuan merupakan hasil konstruksi pembelajaran dari pebelajar sendiri, dan bukan sesuatu yang dapat “disuapkan” langsung dari pihak lain. Belajar bukan hanya pengaruh dari luar saja, tetapi ada juga kekuatan atau potensi dari dalam diri individu sendiri yang belajar.

Meskipun kedua tokoh ini: Piaget dan Vygotsky, memiliki persamaan pandangan, namun keduanya memiliki 3 perbedaan pandangan,
  • Piaget memandang tahapan kognitif (pentahapan) dari anak berdasarkan umur yang kaku, sementara Vygotsky menyatakan bahwa di dalam setiap aspek tahapan itu terdapat perbedaan kemampuan anak.
  • Piaget menekankan pada perkembangan kognitif anak sebagai manusia individu yang mandiri, sementara Vygotsky mementingkan perkembangan kognitif anak sebagai makhluk sosial, dan anak merupakan bagian integral dari masyarakat
  • Dalam hal ini, Piaget menamai potensi diri anak sebagai skemata, sementara Vygotsky menyebutnya sebagai “Zone of Proximal Development” (ZPD).
Konsep ZPD (Zona Pengembangan Proksimal), sering pula dipahami merujuk pada cara dimana akuisisi pengetahuan baru yang lebih banyak tergantung pada pembelajaran sebelumnya, serta ketersediaan instruksi. Vygotsky memperkenalkan konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yakni metafora inovatif yang mampu menggambarkan potensi setiap perkembangan kognitif individu manusia.

Karya Vygotsky mencakup topik yang beragam, seperti seni psikologi asal, pengembangan fungsi mental yang lebih tinggi, filsafat ilmu dan metodologi penelitian psikologis, hubungan antara belajar dan pembangunan manusia, pembentukan konsep, keterkaitan antara bahasa dan pengembangan pemikiran, bermain sebagai fenomena psikologis, ketidakmampuan belajar, dan pembangunan manusia yang abnormal (defektologi).

Sementara pemikiran ilmiah Vygotsky mengalami beberapa transformasi besar sepanjang karirnya. Namun warisan umum Vygotsky dapat dibagi menjadi 2 (dua) periode yang cukup berbeda dan fase transisi antara dua waktu, yaitu selama Vygotsky mengalami krisis dalam teori dan kehidupan pribadi.

Dalam konteks pembelajaran, secara garis besar, Vygotsky menekankankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. 

Sementara orang lain di sekeliling merupakan bagian dari lingkungan, yaitu pemerolehan pengetahuan siswa yang dapat bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi. Pada titik seperti ini, Vygotsky memandang pentingnya “hubungan” antara individu dengan lingkungan sosial dalam pembentukan sebuah pengetahuan. Sebab menurutnya, interaksi sosial yaitu interaksi individu dengan orang lain atau lingkungannya, merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang menjadi lebih baik.

Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif, apabila anak belajar secara "kooperatif" dengan anak-anak lain, yaitu dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive) dan dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, diantaranya guru atau orang dewasa lainnya. 

Zone Of Proximal Development (ZPD) & Scaffolding
Kedua konsep penting teori Vygosky adalah Zone of Proximal Development atau disingkat dengan “ZPD” dan konsep scaffolding. Berikut penjelasan singkatnya: 

Zone Of Proximal Development (ZPD) adalah merupakan jarak yang terdapat dalam diri siswa, antara perkembangan yang sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensialnya, dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa.

Scaffolding adalah pemberian pengetahuan pada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajarannya, yang kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.

Menurut Vygotsky, Zon Perkembangan Proksimal (ZPD) merupakan celah antara actual development dan potential development, yaitu bagaimana seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa (ZAD), dan bagaimana nantinya seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya (ZPoD). 

Sehingga rumusan sederhana dari teori Vygotsky mengenai 2 (dua) hal tersebut di atas, dapat dinyatakan dalam gambar sebagai berikut: 

Menurut Vygotsky (1978:86) dalam bukunya yang berjudul “Midn of Society”, secara formal, ZPD sebagai jarak antara tingkat pengembangan intelektual siswa, yang ditentukan melalui pemecahan masalah yang mampu untuk diselesaikan secara individu dengan tingkat pengembangan potensial, yang ditentukan melalui suatu pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa, atau dengan cara berkolaborasi dengan teman-teman sebaya. 

Dalam hubungannya dengan scaffolding, Vygotsky berpendapat bahwa: “Apa-apa yang dapat dikerjakan siswa dengan cara bekerja sama dengan orang-orang yang berkompeten pada hari ini, tetu dapat dilakukannya sendiri besok pagi”. Artinya, pembelajaran terjadi apabila para siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. 

Selanjutnya Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar dapat terjadi dalam dua tahap: 
  • Tahap pertama, terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain. 
  • Tahap kedua, dilakukan secara individual, yang didalamnya terjadi proses internalisasi dalam diri.
Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru dengan siswa, maupun antar siswa dengan siswa, maka kemampuan-kemampuan seperti: saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat, dapatlah berkembang.

Sementara dalam kajian konsep kostrukstivistik sosialnya, Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, adalah aktivitas yang dapat membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa, semua mental tingkat tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah, dimediasi dengan alat-alat psikologis seperti bahasa, lambang dan simbol. Sehinggga pada penelitiannya, Vygosky selanjutnya membedakan dua macam konsep penting, yaitu konsep “spontan” dan konsep “ilmiah”. Untuk konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. Kedua konsep ini saling berhungan antara satu dengan yang lain.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip dasarnya yang kemudian dalam perkembangan hingga saat ini, selalu dijadikan rambu-rambu untuk memahami bentuk teori konstruktivistik seorang Vygotsky, seperti yang dikutip oleh Slavin (2000: 256) yaitu sebagai berikut:

Social Learning—pembelajaran sosial, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dipandang sangat sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

ZPD (Zone of Proximal Development)—bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Bantuan atau support pada titik ini, dimaksudkan agar anak mampu mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.

Cognitif Apprenticeship (masa magang kognitif)—suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.

Mediated Learning (pembelajaran termediasi)—Vygostky menekankan kontennya pada scaffolding. Siswa diberikan permasalahan yang kompleks, sulit, dan realistik, lalu kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk dapat memecahkan masalah tersebut. 

Dari 4 (empat) poin di atas, menunjukkan bahwa yang terpenting dalam teori konstruktivistik Vygostky adalah, bahwa dalam proses pembelajaran, siswa harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan dengan mengharapkan informasi dari orang lain. 

Siswa sendiri bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Sebab kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa, sehingga belajar lebih diarahkan pada apa yang disebutkan dengan “experimental learning” yaitu adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret, seperti di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. 

Beberapa hal yang banyak mendapat perhatian pada pembelajaran konstruktivistik yang digagas oleh Vygosky, adalah:
  • Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dan dalam konteks yang relevan
  • Mengutamakan proses
  • Menanamkan belajar dan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial
  • Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Menurut Vygosky, untuk menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap, yaitu: 
  • Realitas dan kebenaran yang berasal dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan
  • Faktor eksternal dan internal akan mengarahkan pembentukan pengetahuan melalui interaksi faktor-faktor eksternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial). Ini menandakan bahwa teori Vygosky dalam belajar merupakan sebuah proses terjadinya perkembangan “internal” pada diri seseorang, dalam membentuk pengetahuan baru yang didapatkannya dengan bantuan orang lain yang lebih kompeten. Dan hal itu bisa terjadi ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Kesiapan siswa untuk belajar sangat bergantung pada “stimulus lingkungan” yang sesuai, serta bentuk bimbingan dari orang lain yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan terwujud dalam perkembangan potensinya secara tepat.

Konstruktivistik menurut Vygotsky juga kental dengan pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat, bahwa fungsi mental yang lebih tinggi bergerak diantara inter-psikologi (interpsychological) yang melalui interaksi sosial dengan intra-psikologi (intrapsychological) dalam benak seseorang. 

Internalisasi akan dipandang sebagai transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu, dan bergerak antara inter-psikologi (antar orang) dan intra-psikologi (dalam diri individu). 

Berkaitan persoalan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan dua ide dasarnya: 
  • Perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa (van der Veer & Valsiner; dalam Slavin, 2000); 
  • Perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign system) dari setiap individu yang selalu berkembang (Slavin, 2000).
Kedua poin di atas menunjukkan sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem tulisan, dan sistem perhitungan (Busthan Abdy, 2014:101).

Ditulis Oleh: Abdy Busthan

Rujukan Buku:
Busthan Abdy (2017). Vygotsky versus Pavlov: Perbandingan Teori Belajar Behavioristik & Teori Belajar (halaman 87-101). Kupang: Desna Life Ministry

Dapatkan segera buku ini:
Kontak HP/ WhatsApp: 081-333-343-222







Post a Comment

Profil Saya

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6vbBZ2pWiZ3UT6KzmydJsI8uu2evuDFDFRWIfl2X4fVu5h281O_CQlp3axcC7ZJpfx2f2br7EPr6mDG9Mdpg-3IC2EUHXJ9rFDRNcrs3wlJGMJ5HrazVTt8Z8Y4_-8oQVkBbWYmQD-ig/s640/r56722.jpg} Abdy Busthan adalah Dosen dan Teknolog Pembelajaran, serta pembina dan peneliti di Jurnal Ilmiah Flobamora Science. Dibesarkan di kota Nabire, Papua. {facebook#https://www.facebook.com/AbdyBS/} {twitter#https://twitter.com/abdybusthan} {google#https://busthan-abdy.blogspot.com/} {pinterest#https://id.pinterest.com/abdybusthan213/} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCnLMvY91iOTKgfvwd2hfJsg?view_as=subscriber} {instagram#https://www.instagram.com/busthanabdy/}
Theme images by sbayram. Powered by Blogger.