Pertama. Merencanakan pelajaran secara tepat, sehingga pelajaran dapat terpusat pada masalah-masalah yang tepat, untuk dipelajari para siswa.
Kedua. Menyajikan materi pelajaran yang dianggap perlu, sebagai pondasi bagi siswa untuk memecahkan masalah. Guru memulainya dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa sebelumnya, kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik pada pengalaman siswa. Akibatnya, akan timbul masalah di situ. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan kesangsian yang merangsang siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep/prinsip yang mendasari masalah itu.
Ketiga. Guru menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Di sini pengetahuan dapat disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Sedangkan simbolik lebih kepada penggunaan kata-kata atau bahasa-bahasa.
Keempat. Bila para siswa memecahkan masalah, misalnya seperti di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Maka di sini guru seharusnya tidak mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, maka guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
Kelima. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besarnya, belajar penemuan ialah mempelajari beberapa generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu. Sebab di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan banyak meliputi pemahaman mendasar tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situsi baru dan situasi kehidupan nyata sehari-hari dari siswa.
Jadi intinya bahwa dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan pembelajaran, namun lebih mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.
Langkah Discovery Learning Oleh Guru
Menurut Busthan Abdy (2016:114-115), dalam model pembelajaran discovery learning, Bruner mengajukan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu sebagai berikut:
- Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi pada setiap karakteristik siswa (kemampuan awalnya, minat, gaya belajar, dan lain sebagainya)
- Memilih materi pelajaran
- Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi)
- Mengembangkan bahan-bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dll, untuk dipelajari siswa.
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai tahap simbolik, melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
- Mendorong memberikan “dugaan sementara” dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
- Menggunakan berbagai alat peraga dan permainan
- Guru harus mendorong siswa untuk memuaskan keingintahuannya jika mereka ingin mengembangkan pikirannya atau ide-ide yang kadang-kadang tidak langsung berhubungan dengan mata pelajaran
- Menggunakan sejumlah contoh berlawanan dengan mata pelajaran, yang berhubungan dengan topik.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya mampu memberikan hasil yang paling baik juga.
Bruner menyarankan agar siswa belajar dengan berpartisipasi aktif dalam konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ada, sehingga mereka dapat pula memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang membuatnya menemukan konsep dan prinsip itu sendiri, dan bukan dari pihak lain.
Menurut Busthan Abdy (2016:115-116), pengetahuan yang diperoleh dari belajar penemuan menunjukkan beberapa manfaat dan kebaikan, diantaranya adalah:
Menurut Busthan Abdy (2016:115-116), pengetahuan yang diperoleh dari belajar penemuan menunjukkan beberapa manfaat dan kebaikan, diantaranya adalah:
- Pengetahuan itu bertahan lama atau lama di ingat.
- Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
- Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Kelebihan discovery learning :
- Menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban
- Mengajarkan keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja
- Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain
- Lebih mudah dan cepat ditangkap
- Dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari
- Berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik
- Pembelajaran discovery learning ini belum tentu bisa diaplikasikan pada kondisi dan sistem yang belum mendukung penemuan sendiri, sementara secara realistis dalam terori behavioristik, murid di dominasi hanya menerima dari guru.
- Dalam discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya.
- Berdampak buruk bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna, tapi baru sebatas coba-coba
Rujukan Pustaka:
Busthan Abdy (2016). Pembelajaran Kognitif . Kupang: Desna Live Ministry
Post a Comment